November 10, 2015

Peringkat Ilmuwan/Dosen Indonesia Berdasarkan Profil Google Scholar

Peringkat ilmuwan Indonesia ini dirilis oleh Webometrics disini http://www.webometrics.info/en/node/96 untuk edisi keempat minggu kedua bulan Oktober 2015.


RANK
NAME
INSTITUTION
H-INDEX
CITATIONS
1
Suharyo Sumowidagdo
Indonesian Institute of Sciences
96
45798
2
Johannes V D Wirjawan
Widya Mandala Surabaya Catholic University
61
12347
3
L P Ligthart
Universitas Indonesia; ITS
30
3892
4
Suryadi Ismadji
Widya Mandala Surabaya Catholic University
30
3563
5
Ferry Iskandar
Institut Teknologi Bandung
29
3254
6
Hairiah Kurniatun
Universitas Brawijaya; ICRAF World Agroforestry Centre CGIAR
29
2552
7
Azyumardi Azra
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
27
2537
8
Christopher Martius
Center for International Forestry Research; Institut Pertanian Bogor
26
2633
9
Manabu D Yamanaka
BPPT Indonesia; Kobe University
26
2231
10
Danny Hilman Natawidjaja
Indonesian Institute of Sciences
24
2760
11
L Broto Sugeng Kardono
Indonesian Institute of Sciences
24
1926
12
Husein Umar
Kwik Kian Gie School of Business & Informatics
23
4669
13
Agus Sudaryanto 1
Agency for the Assessment and Application of Technology Indonesia
23
1943
 ~
860

~
Warmadewanthi

~
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
 ~
5
 ~
93
860
Bram Brahmantiyo
Indonesian Research Institute for Animal Production
5
93
860
I Wayan Warmada
Universitas Gadjah Mada
5
93
860
Kris Cahyo Mulyatno
Universitas Airlangga
5
93
860
Gesang Kristianto Nugrohotomo
Universitas Surakarta
5
93
866
Deni Noviana
Institut Pertanian Bogor
5
91

October 26, 2015

Induksi mencit : Animal Model invivo pada Diabetes mellitus


Untuk membuat model diabetes mellitus, mencit jantan galur ICR berumur 10 minggu di injeksi tunggal streptozotosin secara intraperitoneal pada dosis 50-150 mg/kg. Kadar glukosa darah diukur secara periodik dengan menggunakan glucose analyzer kit. Vanadil sulfat diberikan secara sub-kutan sekali sehari selama 7 hari pada mencit yang menderita diabetes mellitus. Efektivitas vanadil sulfat dalam menurunkan kadar glukosa darah diukur pada hari 0, 1, 3, 5, 7 dan 14 setelah pemberian.

Pada pemberian streptozotosin dosis rendah (50 mg/kg) dapat menginduksi terjadi diabetes mellitus sebesar 60 % dari populasi mencit. Sementara dengan peningkatan dosis streptozotosin akan meningkatkan prevalensi terjadinya diabetes mellitus. Berdasarkan data penelitian ini dosis yang paling optimal untuk menghasilkan diabetes mellitus tanpa menimbulkan kematian pada mencit adalah 100 mg/kg.

Golongan, Kode Cara Kerja dan Cara Kerja Insektisida

Dalam melakukan rotasi insektisida yang perlu diperhatikan adalah mengetahui cara kerja bahan aktif pestisida yang akan digunakan. Anjuran Insecticide Resistance Action Committee (IRAC) dan Fungicide Resistance Action Committe (FRAC) dalam melakukan rotasi insektisida yaitu berdasarkan cara kerja yang berbeda, karena beberapa bahan aktif yang berbeda memiliki cara kerja yang sama. IRAC dan FRAC memberi kode pada setiap cara kerja insektisida untuk mempermudah petani dalam melakukan pergiliran (rotasi) insektisida. Berikut ini tabel golongan insektisida, bahan aktif, kode cara kerja dan cara kerja pestisida :
Berdasarkan cara kerjanya (Mode of action), yaitu menurut sifat kimianya, insektisida dibagi menjadi empat 4 golongan besar antara lain sebagai berikut :

1. Insektisida Golongan Organoklorin

Merupakan insektisida sintetik yang paling tua yang sering disebut hidrokarbon klor. Secara umum diketahui bahwa keracunan pada serangga ditandai dengan terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas, gemetar, kemudian kejang hingga akhirnya terjadi kerusakan pada saraf dan otot yang menimbulkan kematian. Organoklorin bersifat stabil di lapangan, sehingga residunya sangat sulit terurai.

2. Insektisida Golongan Organofosfat

Merupakan insektisida yang bekerja dengan menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang berakibat pada terjadinya kekacauan pada sistem pengantar impuls saraf ke sel-sel otot. Keadaan ini menyebabkan impuls tidak dapat diteruskan, otot menjadi kejang, dan akhirnya terjadi kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya serangga mati.

3. Insektisida Golongan Karbamat

Merupakan insektisida yang berspektrum luas. Cara kerja karbamat mematikan serangga sama dengan insektisida organofosfat yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim asetilkolinesterase pada sistem saraf. Perbedaannya ialah pada karbamat penghambatan enzim bersifat bolak-balik reversible yaitu penghambatan enzim bisa dipulihkan lagi. Karbamat bersifat cepat terurai.

4. Insektisida Golongan Piretroid

Merupakan piretrum sintetis, yang mempunyai sifat stabil bila terkena sinar matahari dan relatif murah serta efektif untuk mengendalikan sebagain besar serangga hama. Piretroid mempunyai efek sebagai racun kontak yang kuat, serta mempengaruhi sistem saraf serangga pada peripheral (sekeliling) dan sentral (pusat). Peretroid awalnya menstimulasi sel saraf untuk berproduksi secara berlebih dan akhirnya menyebabkan paralisis dan kematian.

Tabel Cara Kerja Insektisida dan Akarisida

No Golongan Nama bahan aktif Kode cara kerja Cara kerja
1 Karbamat Alankarb-Aldikarb-Bendiokarb-Benfurakarb-Butokarboksim-Butoksikarboksim-Karbaril-Karbofuran-Karbosulfan-Etiofenkarb-Fenobukarb-Formetanat-Furatiokarb-Isoprokarb-Metiokarb-Metomil-Metolkarb-Oksamil-Pirimikarb-Propoksur-Tiodikarb-Tiofanoks-Triazamat-Trimetakarb-XMC-Silikarb 1 A Menghambat AChE (acetylcholinesterase)-menyebabkan hyperexcitation. AChE adalah enzim yang mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis saraf.

Organofosfat Asefat-Azametifos-Azinfos-etil-Azinfosmetil-Kadusafos-Koretoksifos-Klorfenvinfos-Klormefos-Klorpirifos-Klorpirifosmetil-Koumafos-Sianofos-Demeton S metil-Diazinon-Diklorfos/DDVP-Dikrotofos-Dimetoat-Dimetilvinfos-Disulfoton-EPN-Etion-Etoprofos-Famfur-Fenamifos-Fenitrotion-Fention-Fostiazat-Heptenofos-Imisiafos-Isofenfos-Isoprofil O- (metoksiaminotio-fosforil) salisilat-Isoksation-Malation-Mekarbam-Metamidofos-Metidation-Mevinfos-Monokrotofos-Naled-Ometoat-Oksidemeton metil-Paration-Paration metil-Fentoat-Forat-Fosalon-Fosmet-Fosfamidon-Foksim-Pirimifos metil-Profenofos-Propetamfos-Protiofos-Firaklofos-Firidafention-Kuinalfos-Sulfotep-Tebupirimfos-Temefos-Terbufos-Tetraklorvinfos-Tiometon-Triazofos-Triklorfon-Vamidotion 1 B
2 Siklodin organoklorin Klordan-Endosulfan 2 A Memblokir saluran klorida aktivasi GABA menyebabkan hyperexcitation dan kejang-kejang. GABA adalah neurotransmiter inhibisi utama pada serangga.

Fenilfirazol Etiprol-Fipronil 2 B
3 Piretroid dan Piretrin Acrinatrin-(Alletrin-d-cis-trans Alletrin)-(d-trans Alletrin)-Bifentrin-Bioalletrin-Bioalletrin Siklopentenil isomer-Bioresmetrin-Sikloprotrin-Siflutrin-(beta-Siflutrin)-Sihalotrin-lambda Sihalotrin-(gamma-Sihalotrin)-Sipermetrin-(alfa-Sipermetrin)-(beta-Sipermetrin)-tetasipermetrin-(zeta-Sipermetrin)Sifenotrin-(1R)-trans- isomers-Deltametrin-Empentrin (EZ)- (1R)- isomers-Esfenvalerat-Etofenprox-Fenpropatrin-Fenvalerat-Flusitrinat-Flumetrin-(tau- Fluvalinat)-Halfenprox-Imiprotrin-Kadetrin-Permetrin-Fenotrin [(1R)-trans- isomer]-Pralletrin-Firetrins (piretrum)-Resmetrin-Silafluofen-Teflutrin-Tetrametrin-Tetrametrin [(1R)-isomers]-Tralometrin-Transflutrin 3 A Menyebabkan saluran natrium selalu terbuka sehingga pada beberapa kasus menyebabkan reaksi berlebihan oleh saraf. Saluran natrium terlibat dalam penyebaran info potensial di sepanjang akson saraf.

DDT dan Metoksiklor DDT-Metokdiklor 3 B
4 Neonikotinoid Asetamiprid-Klotianidin-Dinotefuran-Imidakloprid-Nitenpiram-Tiakloprid-Tiametoxam 4 A Meniru tindakan agonis asetilkolin di nAChRs menyebabkan hyperexcitation. Asetilkolin adalah neurotransmitter utama dalam sistem saraf serangga pusat.

Nikotin Nikotin 4 B
5 Spinosin Spinetoram-Spinosad 5 Allosterically mengaktifkan nAChRs menyebabkan hyperexcitation dari sistem saraf.
6 Avermektin dan Milbemisin Abamektin-Emamektin benzoat-Lepimektin-Milbemektin 6 Allosterically mengaktifkan saluran utama klorida glutamat (GluCls) menyebabkan kelumpuhan. Glutamat adalah inhibitory neurotransmiter penting dalam serangga.
7 ZPT Hidropren-Kinopren-Metopren 7 A Diterapkan di pra-metamorfik instar. Senyawa ini mengganggu dan mencegah metamorfosis.

Fenoksikarb Fenoksikarb 7 B

Piriproksipen Piriproksipen 7 C
8 Akil halida Metil bromida and other alkil halid 8 A Menghambat pembentukan sel. hanya mekanismenya belum diketahui.

Kloropikrin Kloropicrin 8 B

Sulfuril fluorid Sulfuril fluroid 8 C

Boraks Borax 8 D

Tartar emetrik Tartar emetrik 8 E
9 Pimetrozin Pimetrozin 9 B Menyebabkan penghambatan makan selektif pada kutu putih dan kutu daun

Flonikamid Flonikamid 9 C
10 Klofentezin – Heksitiazok – Diflovidazin Klofentezin – Heksytiazoks – Diflovidazin 10 A Menghambat pertumbuhan tungau

Etoksazol Etoksazol 10 B
11 Bacillus thuringiensis atau Bacillus sphaericus Bacillus thuringiensis subsp. israelensis-Bacillus sphaericus-Bacillus thuringiensis subsp. aizawai-Bacillus thuringiensis subsp. kurstaki-Bacillus thuringiensis subsp. tenebrionis. Bt crop proteins: Cry1Ab; Cry1Ac; Cry1Fa; Cry2Ab; mCry3A; Cry3Ab; Cry3Bb; Cry34/35Ab1 - Racun protein yang mengikat pada reseptor pada membran saluran pencernaan tengah dan mendorong pembentukan pori-pori mengakibatkan ketidakseimbangan ion dan septicaemia
12 Diafentiuron Diafentiuron 12 A Menghambat enzim yang mensintesis ATP pada mitokondria

Organotin mitisid Azosiklotin-Siheksatin-Fenbutatin oksid 12 B

Propargit Propargit 12 C

Tetradifon Tetradifon 12 D
13 Klorfenapir – DNOC – Sulfuramid Klorfenapir-DNOC-Sulfuramid 13 Gangguan pada gradien proton; sirkuit gradien proton (disebut : protonofores) yang pendek pada mitokondria sehingga ATP tidak dapat disintesis.
14 Nereistoksin analog Bensultap-Kartap hidroklorid-Tiosiklam-(Tiosultap-sodium) 14 Memblokir saluran ion nAChR sehingga blok sistem saraf dan kelumpuhan. Asetilkolin adalah excitatory neurotransmitter (penghubung) utama dalam sistem saraf serangga pusat.
15 Benzoilurea Bistrifluron-Klorfluazuron-Diflubenzuron-Flusikloksuron-Flufenoksuron-Heksaflumuron-Lufenuron-Novaluron-Noviflumuron-Teflubenzuron-Triflumuron 15 Menghambat biosintesis kitin
16 Buprofezin Buprofezin 16 Menghambat biosintesis kitin pada beberapa serangga khususnya kutuputih
17 Siromazin Siromazin 17 Merontokkan kutikula saat proses pergantian kulit serangga
18 Diasilhidrazin Kromafenozid-Halofenozid-Metoksifenozid-Tebufenozid 18 Meniru hormon ganti kulit (ekdison) menginduksi kutikula serangga dewasa agar rontok sebelum waktunya
19 Amitraz Amitraz 19 Mengaktifkan reseptor oktopamin mengarah ke hyperexcitation (rekasi saraf berlebihan). Oktopamin adalah hormon pada serangga yang menyerupai adrenalin seperti neurohormon untuk pertahanan diri atau untuk terbang.
20 Hidrametilnon Hidrametilnon 20 A Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.

Asequinosil Asequinosil 20 B

Fluacripirim Fluacripirim 20 C
21 METI akarisida dan insektisida Fenazakuin-Fenpiroksimat-Pirimidifen-Piridaben-Tebufenpirad-Tolfenpirad 21 A Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.

Rotenon Rotenon (Derris) 21 B
22 Indoksakarb Indoksakarb 22 A Memblokir saluran natrium menyebabkan pemadaman sistem saraf dan kelumpuhan. Saluran natrium yang terlibat dalam penyebaran potensial aksi di sepanjang akson saraf.

Metaflumizon Metaflumizon 22 B
23 Asam Tetronik dan Asam Tetramik Spirodiklofen-Spiromesifen-Spirotetramat 23 Menghambat kerja asetil koenzim A karboksilase untuk mensintesis lipid yang merupakan langkah pertama dalam biosintesis lipid sehingga menyebabkan kematian serangga.
24 Fosfin Aluminium fosfid-Kalsium fosfid-Fosfine-Zinc fosfid 24 A Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.

Sianida Sianida 24 B -
25 Turunan Beta-Ketonitril Sienopirafen-Siflumetofen 25 Menghambat transpor elektron pada mitokondria sehingga mencegah pemanfaatan energi oleh sel.
28 Diamida Chlorantraniliprole-Cyantraniliprole-Flubendiamide 28 Aktifnya otot reseptor rianodin menyebabkan kontraksi dan kelumpuhan. Reseptor rianodin berperan melepaskan kalsium ke dalam sitoplasma dari sel intraseluler.

October 21, 2015

SOP : Fumigation of Laboratory

1.0 OBJECTIVE
To lay down a procedure for Fumigation of Laboratory.

2.0 SCOPE
This SOP is applicable to Quality Control of Laboratory.

3.0 RESPONSIBILITY
Laboratory Technician

4.0 ACCOUNTABILITY
Head of Laboratory.

October 20, 2015

Comparative Study Methanol Vs Ethanol

Comparative Study Methanol Vs Ethanol

Sr. No.
Parameters
Methanol
Ethanol
1
Systematic name
Methanol
Ethanol
2
Class
Class 2
Class 3
3
Chemical Formula
CH3OH
CH3CH2OH
4
Chemical Structure
5
CAS number
67-56-1
64-17-5
6
702
7
864
682
8
Y4S76JWI15
3K9958V90M
9
EC number
200-659-6
200-578-6
10
1230
1170
11
D02309
D00068
12
Methanol
Ethanol
13
CHEBI:17790 
CHEBI:16236
14
CHEMBL545
15
RTECS number
PC1400000
KQ6300000
16
Beilstein Reference
1098229
1718733
17
Gmelin Reference
449
787
18
3DMet
B01170
B01253
19
Molecular formula
CH4O
C2H6O
20
Molar mass
32.04 g mol−1
46.07 g mol−1
21
Physical Appearance
Methanol ‘“is a colorless liquid that is also extremely volatile. Its odor is distinctive and it burns as a bright white flame
Ethanol ‘“is a colorless liquid that is extremely volatile. It has a strong, burning odor and will burn as a bright blue flame.
22
Density
0.7918 g/cm3
0.789 g/cm3 (at 20°C)
23
Melting point
-97.6 °C, 176 K, -144 °F
−114 °C, 159 K, -173 °F
24
Boiling point
64.7 °C, 338 K, 148 °F
78.37 °C, 352 K, 173 °F
25
log P
-0.69
-0.18
26
Vapor pressure
13.02 kPa (at 20 °C)
5.95 kPa (at 20 °C)
27
Acidity (pKa)
15.5
15.9
28
Refractive index (nD)
1.33141
1.361
29
Viscosity
5.9×10−4 Pa s (at 20 °C)
0.0012 Pa s (at 20 °C), 0.001074 Pa s (at 25 °C)
30
Dipole moment
1.69 D
1.69 D
31
European Union classification
F T
 F
32
Flash point
11–12 °C
13–14 °C
33
Concentration limit in Extract
3000 ppm
5000 ppm
34
Auto ignition
temperature
385 °C
363 °C