Netofil
Sel
ini yang paling banyak terdapat dalam sirkulasi sel darah putih dan
lebih cepat merespons adanya infeksi dan cedera jaringan daripada jenis
sel darah putih lainnya. Selama infeksi akut, netrofil berada paling
depan di garis pertahanan tubuh. Netrofil yang beredar di darah tepi
terbanyak adalah segmen, yaitu netrofil yang matur. Batang atau stab
adalah netrofil imatur yang dapat bermultiplikasi dengan cepat selama
infeksi akut.Dalam keadaan normal, jumlah netrofil berkisar antara 50-65 % atau 2.5-6.5 x10^3/mmk.
Peningkatan jumlah netrofil (disebut netrofilia) dijumpai pada infeksi akut (lokal dan sistemik), radang atau inflamasi (reumatoid arthritis, gout, pneumonia), kerusakan jaringan (infark miokard akut, luka bakar, cedera tabrakan, pembedahan), penyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn (HDN), kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat (epinefrin, digitalis, heparin, sulfonamide, litium, kortison, ACTH)
Penurunan jumlah netrofil (disebut netropenia) dijumpai pada penyakit virus, leukemia (limfositik dan monositik), agranolositosis, anemia defisiensi besi (ADB), anemia aplastik, pengaruh obat (antibiotic, agen imunosupresif).
Limfosit
Limfosit
berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B.
Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5
x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada
infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena
leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut
leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian
terapi steroid yang berlebihan.Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik, infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella, pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.
Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.
Monosit
Monosit
adalah baris pertahanan kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing.
Sel ini lebih kuat daripada netrofil dan dapat mengonsumsi partikel
debris yang lebih besar. Monosit berespons lambat selama fase infeksi
akut dan proses inflamasi, dan terus berfungsi selama fase kronis dari
fagosit.Dalam keadaan normal, jumlah monosit berkisar antara 4-6 % atau 0.2-0.6 x10^3/mmk.
Peningkatan jumlah monosit (disebut monositosis) dapat dijumpai pada : penyakit virus (mononucleosis infeksiosa, parotitis, herpes zoster), penyakit parasitic (demam bintik Rocky Mountain, toksoplasmosis, bruselosis), leukemia monositik, kanker, anemia (sel sabit, hemolitik), SLE, arthritis rheumatoid, colitis ulseratif.
Penurunan jumlah monosit dapat dijumpai pada leukemia limfositik, anemia aplastik.
Eosinofil
Jumlah
eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan
peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama
stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil
mengalami penurunan.Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal (gagal ginjal, sindrom nefrotik).
Penurunan jumlah eosinofil dapat dijumpai pada stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.
Basofil
Dalam
keadaan normal, basofil dijumpai dalam kisaran 0.4-1 % atau 0.04-0.1 x
10^3/mmk. Peningkatan jumlah basofil (disebut basofilia) dapat dijumpai
pada proses inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau
inflamasi, anemia hemolitik didapat.Penurunan jumlah dapat dijumpai pada stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme.
Prosedur
Buat sediaan apus darah kemudian diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis lekosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung lekosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/mmk.
Bahan bacaan :
- Daniela Tagliasacchi and Giorgio Carboni, Let's Observe The Blood Cells, 1997 on Fun Science Gallery.
- Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
- Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
- Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
- R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
- Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.