
Trombosit adalah fragmen atau
kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang
berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari.
Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit tampak
sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna
biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar
merata.
Trombosit
memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh
untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan
darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap
kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari
dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka
membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit).
Orang-orang
dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun kuantitatif, sering
mengalami perdarahan-perdarahan kecil di kulit dan permukaan mukosa yang
disebut ptechiae, dan tidak dapat mengehentikan perdarahan akibat luka
yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Agar dapat berfungsi
dengan baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas (jumlah) dan
kualitasnya. Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan
normal jika jumlah trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk
beradhesi dan beragregasi juga bagus.
Beberapa uji laboratorium
yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah agregasi
trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti
trombosit. Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit
adalah masa perdarahan (bleeding time) dan hitung trombosit
Jumlah
trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000
per mmk darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk
darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah trombosit di
atas 40.000 per mmk darah biasanya tidak terjadi perdarahan spontan,
tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan
pembekuan darah. Bila jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah,
biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila jumlahnya kurang dari
10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari segi
klinik, penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada
kenaikannya (trombositosis) karena adanya resiko perdarahan.
Metode
untuk menghitung trombombosit telah banyak dibuat dan jumlahnya jelas
tergantung dari kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel trombosit
yang merupakan partikel kecil, mudah aglutinasi dan mudah pecah. Sukar
membedakan trombosit dengan kotoran.
Hitung trombosit dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung
dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara otomatis. Metode yang
dianjurkan adalah penghitungan dengan mikroskop fase kontras dan
otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini banyak dilakukan karena bisa
mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan diagnostik alat ini
cukup baik.
Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan
menghitung jumlah trombosit pada sediaan apus darah yang telah diwarnai.
Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah dan praktis.
Keunggulan cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi
trombosit, tetapi kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca obyek
atau distribusi yang tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan
perbedaan yang mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit. Sebagai
petunjuk praktis adalah bahwa hitung trombosit adekuat apabila apusan
mengandung satu trombosit per duapuluh eritrosit, atau dua sampai tiga
trombosit per lapang pandang besar (minyak imersi). Pemeriksaan apusan
harus selalu dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena
penggumpalan trombosit dapat menyebabkan hitung trombosit rendah palsu.
Bahan
pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah
darah EDTA. Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara
mengikat kalsium dan juga dapat menghambat agregasi trombosit.
Metode langsung (Rees Ecker)
Hitung
trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan
mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah
diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue
sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan
menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik
trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih
kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar
atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%,
penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan
trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat
dan penyebaran trombosit yang tidak merata.
Metode fase-kontras
Pada
hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan
ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit
dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase
kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar
belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna
biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang
bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya.
Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 – 10%.
Metode fase kontras
adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab kesalahan
yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang
tidak akurat, adalah pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan
trombosit atau agregasi.
Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah
Metodenya
sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai
plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm
plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan
dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras.
Metode tidak langsung
Cara
ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright,
Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan
dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih.
Metode
hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah
trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah
eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak
digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah
trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.
Penghitungan
trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan
dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan
spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal dan tinggi
(trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik hitung
cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia)
di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10
lpmi x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik.
Korelasi dengan metode lain cukup erat.
Hitung Trombosit Otomatis
Penghitung
sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain
hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung
trombosit dan eritrosit bersama-sama, namun keduanya dibedakan
berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit
dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat
ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit.
Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari
100.000/mmk, apabila terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, apabila
cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila sampel sudah
terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling
melekat.
Masalah Klinis
- PENURUNAN JUMLAH
: ITP, myeloma multiple, kanker (tulang, saluran gastrointestinal,
otak), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia aplastik,
penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis), SLE, DIC, eklampsia,
penyakit ginjal, demam rematik akut. Pengaruh obat
: antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide, aspirin
(salisilat), quinidin, quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin,
diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon (Butazolidin),
tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.
- PENINGKATAN JUMLAH
: Polisitemia vera, trauma (fraktur, pembedahan), paskasplenektomi,
karsinoma metastatic, embolisme pulmonary, dataran tinggi, tuberculosis,
retikulositosis, latihan fisik berat. Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
- Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit,
- Pengaruh obat (lihat pengaruh obat),
- Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah,
- Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga jumlahnya menurun palsu,
- Tidak
segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang
adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi
bekuan,
- Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil :
- Jika
volume terlalu sedikit (= EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit
mengalami krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi.
- Jika volume terlalu
banyak (=EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan
yang berakibat menurunnya jumlah trombosit.
- Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah trombosit
Bahan Bacaan :
- Dacie, S.J.V. dan Lewis S.M., 1991, Practical Hematology, 7th ed., Longman Singapore Publishers Ptc. Ltd., Singapore.
- Gandasoebrata, R., 1992, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung.
- Koepke, J.A., 1991, Practical Laboratory Hematology, 1st ed., Churchill Livingstone, New York.
- Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, 1995, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta.
- Oesman, Farida & R. Setiabudy, 1992, Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis, dalam : Setiabudy, R. (ed.), 1992, Hemostasis dan Trombosis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
- Ratnaningsih, T. dan Setyawati, 2003, Perbandingan Antara hitung Trombosit Metode Langsung dan Tidak Langsung Pada Trombositopenia, Berkala Kesehatan Klinik, Vol. IX, No. 1, Juni 2003, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.
- Ratnaningsih, T. dan Usi Sukorini, 2005, Pengaruh Konsentrasi Na2EDTA Terhadap Perubahan Parameter Hematologi, FK UGM, Yogyakarta.
- Sacher,
Ronald A. dan Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan
Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta.
- Widmann, Frances K., alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, hlm. 117-132.
- Kee, Joyce LeFever, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, Edisi 6, EGC, Jakarta.