December 29, 2011

Bioinformatika (2)

Bioinformatika, sesuai dengan asal katanya yaitu “bio” dan “informatika”, adalah gabungan antara ilmu biologi dan ilmu teknik informasi (TI). Pada umumnya, Bioinformatika didefenisikan sebagai  aplikasi dari alat komputasi dan analisa untuk menangkap dan menginterpretasikan data-data biologi.Ilmu ini merupakan ilmu baru yang yang merangkup berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu komputer, matematika dan fisika, biologi, dan ilmu kedokteran dimana kesemuanya saling menunjang dan saling bermanfaat satu sama lainnya

Ilmu bioinformatika lahir atas insiatif para ahli ilmu komputer berdasarkan  artificial intelligence. Mereka berpikir bahwa semua gejala yang ada di alam ini bisa diuat secara artificial melalui simulasi dari gejala-gejala tersebut. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan data-data yang yang menjadi kunci penentu tindak-tanduk gejala alam tersebut, yaitu gen yang meliputi DNA atau RNA. Bioinformatika ini penting untuk manajemen data-data dari dunia biologi dan kedokteran modern. Perangkat utama Bioinformatika adalah program software dan didukung oleh kesediaan internet.

Gambar Interaksi disiplin ilmu yang berhubungan dengan Bioinformatika

Bioinformatika dalam Dunia Kedokteran

1.  Bioinformatika dalam bidang klinis
Perananan Bioinformatika dalam bidang klinis ini sering juga disebut sebagai informatika klinis (clinical informatics). Aplikasi dari clinical informatics ini adalah berbentuk manajemen data-data klinis dari pasien melalui Electrical Medical Record  (EMR) yang dikembangkan oleh Clement J. McDonald dari Indiana University School of Medicine pada tahun 1972 [5]. McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33 orang pasien penyakit gula (diabetes). Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data yang disimpan meliputi data analisa diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan saran, foto ronsen, ukuran detak jantung, dll. Dengan data ini dokter akan bisa menentukan obat yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. Lebih jauh lagi,dengan dibacanya genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit genetik seseorang, sehingga personal care terhadap pasien menjadi lebih akurat.

Sampai saat ini telah diketahui beberapa gen yang berperan dalam penyakit tertentu beserta posisinya pada kromosom. Informasi ini tersedia dan bisa dilihat di home page National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada seksi  Online Mendelian in Man (OMIM) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=OMIM). OMIM adalah  search tool untuk gen manusia dan penyakit genetika .Selain berisikan informasi tentang lokasi gen suatu penyakit, OMIM ini juga menyediakan informasi tentang gejala dan penanganan penyakit tersebut beserta sifat genetikanya. Dengan demikian, dokter yang menemukan pasien yang membawa penyakit genetika tertentu bisa mempelajarinya secara detil dengan mengakses home page OMIM ini.

Sebagai salah satu contoh, jika kita ingin melihat tentang kanker payudara, kita tinggal masukan kata-kata “breast cancer” dan setelah searching akan keluar berbagai jenis kanker payudara. Kalau kita ingin mengetahui lebih detil tetang salah satu diantaranya, kita tinggal klik dan akan mendapatkan informasi detil mengenai hal tersebut beserta posisi gen penyebabnya di dalam koromosom

2.  Bioinformatika untuk identifikasi agent penyakit baru
Bioinformatika juga menyediakan  tool yang esensial untuk identifikasi agent penyakit yang belum dikenal penyebabnya. Banyak sekali contoh-contoh penyakit baru (emerging diseases) yang muncul dalam dekade ini, dan diantaranya yang masih hangat di telinga kita tentu saja SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

Dalam rentetan proses ini, Bioinformatika memegang peranan penting. Pertama pada proses pembacaan genom virus corona. Karena di database seperti GenBank, EMBL (European Molecular Biology Laboratory), dan DDBJ (DNA Data Bank of  Japan) sudah tersedia data sekuen beberapa virus corona, yang bisa digunakan untuk men-design primer yang digunakan untuk amplifikasi DNA virus SARS ini. Software untuk mendesign primer juga tersedia, baik yang gratis yang bisa kita gunakan online maupun yang komersial yang berupa software. Diantara yang gratis adalah Web primer yang disediakan oleh Stanford Genomic Resources (http://genome-www2.stanford.edu/cgi-bin/SGD/web-primer),  GeneWalker yang disediakan oleh Cybergene AB (http://www.cybergene.se/primerdesign/genewalker), dlsb. Untuk yang komersial ada seperti  Primer designer yang dikembangkan oleh Scientific & Education Software, dan pada software-software untuk analisa DNA lainnya seperti  Sequencher (GeneCodes Corp.),  SeqMan II (DNA STAR Inc.), Genetyx (GENETYX Corp.), DNASIS (HITACHI Software), dll.

Berikutnya Bioinformatika juga berperan dalam mencari kemiripan sekuen (homology alignment) virus yang didapatkan dengan virus lainnya. Dari hasil analisa virus SARS diketahui bahwa genom virus corona penyebab SARS berbeda dengan virus corona lainnya, sehingga virus ini dinamakan virus SARS (SARS-CoV). Perbedaan ini diketahui dengan menggunakan  homolgy alignment dari sekuen virus SARS. Untuk keperluan ini tersedia beberapa tool.

Selanjutnya, Bioinformatika juga berfungsi untuk analisa posisi sejauh mana suatu virus berbeda dengan virus lainnya. Untuk analisa ini biasanya digunakan CLUSTAL W (software untuk multiple alignment dan tree making) yang dapat diakses di EMBL (http://www.ebi.ac.uk/clustalw/index.html)

3.  Bioinformatika untuk diagnosa penyakit baru
Untuk penyakit baru diperlukan diagnosa yang akurat sehingga bisa dibedakan dengan penyakit lain. Diagnosa yang akurat ini sangat diperlukan untuk penanganan pasien seperti pemberian obat dan perawatan yang tepat. Jika pasien terinfeksi virus influenza dengan panas tinggi, hanya akan sembuh jika diberi obat yang cocok untuk infeksi virus influenza. Sebaliknya, tidak akan sembuh kalau diberi obat untuk malaria. Karena itu, diagnosa yang tepat untuk suatu penyakit sangat diperlukan.

Ada beberapa cara untuk diagnosa suatu penyakit. Diantaranya isolasi  agent penyebab penyakit tersebut dan analisa morfologinya, deteksi antibodi yang dihasilkan dari infeksi dengan teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan deteksi gen dari  agent pembawa penyakit tersebut dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Isolasi  agent pembawa penyakit memerlukan waktu yang lama. Teknik ELISA bisa dilakukan dalam waktu yang pendek, namun untuk tiap-tiap penyakit kita harus mengembangkan teknik tersebut terlebih dahulu. Untuk pengembangannya ini memerlukan waktu yang lama.

Yang banyak dan lazim dipakai saat ini adalah teknik PCR. Teknik ini simpel, praktis dan cepat. Yang penting dalam teknik PCR adalah design primer untuk amplifikasi DNA. Untuk mendesign primer ini diperlukan data sekuen dari genom agent yang bersangkutan dan software seperti yang telah diuraikan di atas. Di sinilah Bioinformatika memainkan peranannya. Untuk  agent yang mempunyai genom RNA, harus dilakukan  reverse transcription (proses sintesa DNA dari RNA) terlebih dahulu dengan menggunakan enzim  Reverse transcriptase. Setelah DNA diperoleh baru dilakukan PCR. Dua step reverse transcription dan PCR ini bisa dilakukan sekaligus dan biasanya dinamakan RT-PCR.

4.  Bioinformatika untuk penemuan obat
Usaha penemuan obat biasanya dilakukan dengan penemuan zat/senyawa yang bisa menekan perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit. Karena banyak faktor yang bisa mempengaruhi perkembangbiakan agent tersebut, faktor-faktor itulah yang dijadikan target. Diantara faktor tersebut adalah enzim-enzim yang diperlukan untuk perkembangbiakan suatu agent. Langkah pertama yang dilakukan adalah analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut. Kemudian mencari atau mensintesa zat/senyawa yang bisa menekan fungsi dari enzim-enzim tersebut. Penemuan obat yang efektif adalah penemuan senyawa yang berinteraksi dengan asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk kestabilan enzim tersebut.

Karena itu analisa struktur dan fungsi enzim ini biasanya difokuskan pada analisa asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk kestabilan enzim tersebut. Analisa ini dilakukan dengan cara mengganti asam amino tertentu dan menguji efeknya. Sebelum perkembangan Bioinformatika, analisa penggantian asam amino ini dilakukan secara  random sehingga memakan waktu yang lama. Dengan adanya Bioinformatika, data-data protein yang sudah dianalisa bebas diakses oleh siapapun, baik data sekuen asam amino-nya seperti yang ada di SWISS-PROT (http://www.ebi.ac.uk/swissprot/) maupun struktur 3D-nya yang tersedia di Protein Data Bank (PDB) (http://www.rcsb.org/pdb/). Dengan database yang tersedia ini, enzim yang baru ditemukan bisa dibandingkan sekuen asam amino-nya, sehingga bisa diperkirakan asam amino yang berperan untuk  active site dan kestabilan enzim tersebut. Hasil perkiraan kemudian diuji di laboratorium. Dengan demikian, akan lebih menghemat waktu dari pada analisa secara random.

Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi

Saat ini, perkembangan ilmu biologi sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu bioinformatika. Tidaklah dapat dimungkiri kalau bioinformatika telah mempercepat kemajuan ilmu biologi. Lebih jauh lagi, kalau dilihat dari bidang yang lebih spesifik, kemajuan suatu bidang sangat dipengaruhi oleh kemajuan bioinformatika. Semakin maju bioinformatika di suatu bidang (ditandai dengan banyaknya software yang tersedia), semakin maju pulalah bidang tersebut.

Khusus di bidang Virologi (ilmu virus), kemajuan bioinformatika telah berperan dalam mempercepat kemajuan ilmu ini. Sebelum kemajuan bioinformatika, untuk mengklasifikasikan virus kita harus melihat morfologinya terlebih dahulu. Untuk melihat morfologi virus dengan akurat, biasanya digunakan mikroskop elektron yang harganya sangat mahal sehingga tidak bisa dimiliki oleh semua laboratorium. Selain itu, kita harus bisa mengisolasi dan mendapatkan virus itu sendiri.

1.Bioinformatika untuk klasifikasi virus
Untuk klasifikasi virus, ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan. Diantaranya adalah asam nukleat pembentuk genom-nya (DNA atau RNA), bentuk simetri-nya, eksistensi selaput-nya (envelope), dll. Jauh sebelum perkembangan biologi molekuler, yang menjadi patokan utama adalah bentuk simetri atau morfologi ini. Salah satu contoh adalah  coronavirus (virus penyebab radang paru-paru (pneumonia) termasuk SARS), yaitu virus yang mempunyai bentuk seperti mahkota atau “crown” (corona = crown) .

Hal lain yang dipakai untuk klasifikasi virus adalah tempat berkembangbiaknya. Virus yang tergolong  Enterovirus, misalnya, adalah virus yang berkembangbiak di dalam usus. Selain itu, bentuk penyakit yang diakibatkannya juga menjadi dasar pertimbangan. Seperti contoh kelompok virus hepatitis (mulai dari virus hepatitis A sampai hepatitis G) adalah virus yang menyebabkan kerusakan hati (hepar).

Dalam perjalanan sejarah virologi, hal yang dijadikan pertimbangan untuk klasifikasi virus mengalami perubahan. Kalau dulunya klasifikasi berdasarkan morfologi, tempat berkembangbiak, bentuk penyakit merupakan klasifikasi yang banyak digunakan, saat ini ditambahkan lagi klasifikasi berdasarkan genom virus tersebut. Klasifikasi ini dinamakan klasifikasi berdasarkan tipe genom atau disebut juga “genotype”.Bahkan klasifikasi berdasarkan genom inilah yang banyak digunakan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi biologi molekuler dan perkembangan bioinformatika, sehingga genom virus dapat diidentifikasi dengan mudah.

2.Bioinformatika untuk analisa mutasi virus
Setelah kita mengklasifikasikan virus dan mengetahui kalau virus tersebut termasuk kedalam suatu kelompok, berikutnya kita harus menganalisa sejauh mana virus tersebut mirip dengan virus yang ada di kelompok tersebut. Keharusan analisa ini disebabkan karena virus selalu bermutasi dalam proses perkembangbiakannya, sehingga secara umum dia boleh sama, namun untuk beberapa nukleotida-nya bisa berbeda.

Selain itu, mengetahui tingkat mutasi virus ini juga berhubungan dengan klasifikasi virus tersebut. Jika tingkat mutasi gen suatu virus lebih dari 5.0%, secara umum dapat dikatakan kalau virus tersebut tidak lagi termasuk virus asalnya. Virus terebut menjadi kelompok baru yang terpisah dari virus aslinya.

Software yang digunakan untuk analisa mutasi virus, pada umumnya sama dengan software yang digunakan untuk analisa DNA. Kebanyakan diantaranya adalah software yang komersial seperti Sequencher (GeneCodes Corp.),  SeqMan II (DNA STAR Inc.), Genetyx (GENETYX Corp.), dan DNASIS (HITACHI Software) [5]. Pada prinsipnya, semua software  ini bisa digunakan baik pada Windows computer maupun pada  Apple computer. Walaupun demikian, untuk beberapa hal terkadang ada sedikit perbeda yang tidak signifikan.

3.Bioinformatika untuk prediksi rekombinasi virus
Selain bermutasi, dalam perkembangbiakannya virus juga melakukan rekombinasi (penyilangan gen). Proses ini biasanya terjadi diantara virus yang dekat secara genetika. Dengan rekombinasi ini, tidak hanya bisa menghindar dari serangan antibodi dan obat, tetapi juga akan lebih stabil dan kuat sehingga bisa bertahan dan bergenerasi di alam.

Untuk mendeteksi kemungkinan rekombinasi virus digunakan software  SimPlot yang bisa didapatkan (download) free di  http://sray.med.som.jhmi.edu/RaySoft/SimPlot/. Untuk analisa ini diperlukan sekuen dari virus yang akan dianalisa dan virus yang diduga menjadi lawan rekombinasi. Analisa bisa dilakukan baik terhadap sekuen DNA maupun asam aminonya. Akan tetapi, dengan SimPlot ini hanya bisa dianalisa sekuen yang panjangnya sama. Karena itu, sebelum analisa harus dilakukan pengeditan data lebih dahulu, supaya menjadi sama panjang.

Sama halnya dengan analisa mutasi, cara ini pada prinsipnya juga membandingkan kesamaan (kemiripan) sekuen gen masing-masing virus. Karena rekombinasi diperkirakan terjadi pada bagian dimana gen virus memiliki kemiripan yang tinggi, dengan SimPlot ini kita bisa melihat di mana gen memiliki kemiripan dan di mana yang tidak. Dengan demikian, kita bisa memprediksi dimana ada kemungkinan terjadinya rekombinasi.

4.Bioinformatika untuk prediksi bagian antegenik (antigenic sites) virus
Bioinformatik juga bisa digunakan untuk prediksi bagian antigenik suatu virus. Mengetahui bagian antigenik merupakan hal yang penting dalam Virologi, karena berdasarkan data antigenik kita bisa mendesign obat, mengembangkan vaksin, dan lain sebagainya.
Untuk prediksi ini biasanya digunakan  homology modelling, seperti yang digunakan untuk kebanyakan protein. Karena bagian antigenik suatu virus biasanya terletak pada permukaan virus, homology modelling dilakukan terhadap protein pembentuk permukaan virus yang sudah diketahui bagian antigeniknya.

Aplikasi Pemrograman dinamis dalam bioinformatika

Pemrograman dinamis (dynamic programming) merupakan salah satu metode penyelesaian masalah yang terkenal, aplikasinya sangat luas, seperti dalam bidang, dalam bidang  bioinformatika  , pemrograman dinamis dapat diterapkan dalam lingkup sequence alignment, yaitu penyusunan dua untai atau lebih sekuen untuk melihat adanya suatu kesamaan tertentu. Dalam tulisan ini akan diketengahkan mengenai teori pemrograman dinamis, juga aplikasi dan kegunaannya di dalam global sequence alignment yang menggunakan algoritma Neddleman Wunsch.

Istilah Pemrograman Dinamis , pertama kali diperkenalkan pada era 1950-an oleh Richard Bellman seorang professor di universitas Princeton dan juga bekerja pada RAND corporation, perlu  diketahui bahwa RAND corporation pada era itu merupakan suatu perusahan yang dibentuk untuk menawarkan analisis dan riset untuk angkatan bersenjata Amerika Serikat .
Pada saat itu, Bellman bekerja di bidang pengambilan keputusan multi tahap (multistage desicion process) dan mengerjakan beberapa metode matematis, beberapa tahun kemudian setelah Bellman berada di RAND, lahirlah istilah Pemrograman dinamis. Istilah ini tidak secara langsung berhubungan dengan pemrograman, melainkan digunakan sebagai judul project yang kemudian yang diusulkan RAND coorporation pada Angkatan Udara Amerika Serikat. Selanjutnya, pada penerapanya pemrograman dinamis banyak digunakan pada proses optimalisasi masalah.

Dalam  bioinformatika  , analisis sekuen DNA merupakan suatu tahap  yang sering dilakukan. Sekuen DNA yang terdiri dari kombinasi basa ATCG , dapat dikomparasi dengan sekuen lain. Pengkomparasian ini dikenal dengan istilah sequence alignment, secara garis besar alignment ini juga dapat dilakukan untuk protein.

Referensi