Pengertian Penyakit Malaria
Gambar. Anopheles Betina
Penyakit malaria adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax,
plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran yang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011)
Penyebab
Penyakit Malaria
Penyebab
penyakit malaria adalah parasit plasmodium yang terdapat pada nyamuk
anopheles. setidaknya ada empat type plasmodium yang dapat meng-infeksi manusia: 1. plasmodium falciparum.
menimbulkan malaria
falsifarum (malaria tertiana berat), sebagai penyebab malaria akut yang
menyebabkan kematian di seluruh dunia dengan angka sekitar 90% dari total
kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi pada penularan
secara alamiah plasmodium falciparum adalah 12 hari.
2. plasmodium vivax, menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan), plasmodium vivax paling sering ditemukan dalam kasus penyakit malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah plasmodium vivax adalah 13-17 hari.
3. plasmodium ovale
jenis
ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Masa inkubasi pada penularan secara
alamiah plasmodium ovale adalah 13-17 hari.
4. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana dan Masa inkubasi pada penularan secara alamiah plasmodium malariae adalah 28-30 hari.
Serangan demam yang pertama
didahului oleh masa inkubasi (intrinsik). Masa inkubasi ini bervariasi antara
9-30 hari tergantung : jenis spesies parasit, intesitas infeksi, pengobatan
yang pernah didapat sebelumnya, tingkat imunutas penderita dan cara penularan.
Nyamuk
anopheles akan membawa parasit dalam tubuhnya selama satu minggu sampai waktu
makan selanjutnya .
Pada manusia, parasit
tersebut bermigrasi ke hati di mana mereka mulai bereproduksi berlanjut ke
aliran darah, diamana ia menginfeksi sel darah merah, yang merusak sel dan
melepaskan parasit lebih ke dalam aliran darah.Parasit sebagai penyebab
penyakit malaria
berkembang biak di dalam sel darah merah, yang kemudian pecah dalam waktu 48
sampai 72 jam, menginfeksi sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10
hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun mereka dapat muncul pada awal 8
hari atau selama setahun kemudian. Kemudian gejala yang terjadi pada siklus 48
sampai 72 jam.
Penyakit malaria yang tinggal di dalam sel darah merah
dapat juga ditularkan melalui transfusi darah, jarum suntik yang telah
terkontaminasi, atau transplantasi organ. Penyakit malaria juga dapat
ditularkan oleh ibu hamil kepada bayinya.
1.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk
anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk
tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim
hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari
pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh menjadiskizon dan
berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit,
tergantung spesiesnya) . Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum
memasuki eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoitdapat
tinggal didalam hati sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).
Siklus eritrositik dimulai
saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit
tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar,
bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut
sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen
dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah
lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan membentuk skizondan lainnya
membentuk gametosit yaitu
bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.
2. Siklus Hidup Plasmodium, Siklus
seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles
betina menghisap darah yang mengandunggametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna. Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8
inti yang bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk
seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan
terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek
disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding
lambung. Ditempat ini ookinet membesar
dan disebut ookista. Didalam ookista dibentuk
ribuan sporozoit dan
beberapa sporozoit menembus
kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk
kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.
Siklus Hidup Plasmodium
Malaria
CARA
PENULARAN
Malaria dapat ditularkan dengan
brbagai cara yang pada umumnya dibagi menjadi alamiah dan tidak alamiah :.
1. Penularan secara Alamaiah (Natural Infection)
yaitu melalui gigitan nyamuk anopheles .
2. Penularan tidak Alamiah di bagi atas :
a.
Malaria
bawaan /congenital, terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita penyakit malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b.
Secara
Mekanik, terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui
jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang mengggunakan jarum suntik
yang tidak steril.
c.
Secara
Oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (plasmodium gallinasium),
burung dara (plasmodium relaction), dan monyet (plasmodium knowlesi).
Bila hinggap/menggigit letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging)
Bahaya Penyakit Malaria
-
Anemia (kekurangan darah) karena sel-sel darah merah banyak yang hancur,
dirusak atau dimakan oleh parasit
-
Pada ibu hamil, penyakit malaria dapat menyebabkan gangguan pada ari/plasenta.
-
Pembuluh darah otak penderita dapat tersumbat sehingga menjadi gila atau
meninggal.
-
Dan lain-lain.
Tanda dan Gejala Penyakit Malaria
Menurut
berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1.
Gejala malaria ringan (malaria tanpa
komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala
spesifik dari mana
parasit berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan
yang disebut trias malaria, yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai
dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat
tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik),
kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage)
berlangsung lebih dari 2 hingga 12 jam. Penderita merasa kepanasan
(fever). Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali mual muntah .
Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat
hingga 41o C atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat
tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam.
Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang
sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga
tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala
lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala mungkin
berupa koma atau pinsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.
kadang-kadang gejalanya mirip kolera atau disentri.
2.
Gejala malaria berat
(malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria
berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan
laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai
memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
a.
Gangguan kesadaran dalam
berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan
manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah
laku berubah).
Keadaan umum yang sangat
lemah (tidak bisa duduk/berdiri). Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata atau tubuh kuning.
Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.
Nafas cepat atau sesak nafas
Mayoritas gejala disebabkan oleh rilis besar
merozoit ke dalam aliran darah, anemia akibat penghancuran sel darah merah, dan
masalah yang disebabkan oleh sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke
sirkulasi setelah sel darah merah pecah.
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan
pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan
patofisiologi pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran darah
setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada
endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap
hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi
mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni
eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit,
sedangkan sporozoit danzgametositztidakzmenimbulkanzperubahanzpatofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan
mungkin berhubungan dengan hal-halzsebagaizberikut:
a.
Penghancuran
eritrosit.
Penghancuran
eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit,
tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak
mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan
hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater
fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
b.
Mediator
endotoksin-makrofag.
Pada
saat skizogoni, eritrosit yang
mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan
berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria.
Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga
saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris
tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia
yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan,
menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang
dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel
neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium
falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi
parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan
malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia,
hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
c.
Sekuestrasi
eritrosit yang terinfeksi.
Eritrosit
yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk
tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung
antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan
afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium
kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi
alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel
pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler
dalam alam-alat dalam.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.
Tahap
Perkembangan Penyakit Malaria,
1.
Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya
infeksi pada sistem hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit
plasmodium,
2.
tahap erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada
sel darah merah (eritrosit).
Setelah masuk melalui darah dan sampai di
sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak dengan cepat yang
kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana proses inilah yang
menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria.
parasit plasmodium akan terus berkembang
biak dalam sel darah merah yang kemudian keluar untuk menginfeksi sel darah
merah lain yang masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya gejala
panas atau demam naik turun pada penderitazmalaria.
Walaupun sebenarnya sistem limpa manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria.
Walaupun sebenarnya sistem limpa manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria.
Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi.
Pemeriksaan Penunjang Penyakit Malaria
a. Pemeriksaan Laboratorium
·
tetes
darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.
·
Pemeriksaanzserologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan khusus
·
PCR
(polymerase chain reaction)
·
ELISA
(Enzyme Linked Immonosorben Assay)
·
Radiommunoassay
(RIA)
c.
Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
a)
Hb
dan Ht
b)
hitung jumlah lekosit dan trombosit
c)
Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas
darah
d)
EKG
e)
Foto toraks
f)
Analisa cairan cerebrospinal.
g)
Biakan darah dan uji serologi
h)
Urinalisis
i)
Darahzrutin
1. Pemeriksaan
tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk
menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa
malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa
malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui :
a. Tetesan preparat
darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan
parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah
tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam
membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200
lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah
parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah
jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b.
Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan
parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah
merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat.
Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
2.
Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum
(Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak
memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT.
Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium
(pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama
tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas
sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes
ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3.
Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun
1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini
berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.
Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test
> 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect
haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test,
radio-immunoassay.
4.
Pemeriksaan
PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan
tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit
dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian
dan belum untuk pemeriksaan rutin.
Diagnosis Malaria ( anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang laboratorium )
a. Anamnesis
Padazanamnesiszsangatzpentingzdiperhatikan:
1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria
3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4. Riwayat sakit malaria
5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
6. Riwayat mendapat transfusi darah
7. riawayat pengobatan kuratip maupun preventip.
b.Pemeriksaanzfisik
1. Malaria tanpa
komplikasi:
a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥
37,5°C)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan
keadaan dibawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
Catatan : penderita tersangka malaria berat
harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis secara mikroskopik dah
penanganan Iebih lanjut.
c. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang
c. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang
setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut
tidak ditemukan parasit maka diagnosis
malaria disingkirkan.
3. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.
Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis penyakit malaria ada beberapa, namun hingga saat ini metode yang masih dianggap sebagai standar emas (gold standart) adalah menemukan parasit Plasmodium dalam darah. Beberapa jenis metode pemeriksaan parasit Plasmodium ini diantaranya :
1.
Pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk
menemukan parasit Plasmodium secara visual dengan melakukan identifikasi
langsung pada sediaan darah penderita. Pemeriksaan mikroskopis ini sangat
bergantung pada keahlian pranata laboratorium (analis kesehatan) yang melakukan
identifikasi. Teknik pemeriksaan inilah yang masih menjadi standar emas dalam
penegakan diagnosis penyakit malaria.
Termasuk di dalam jenis pemeriksaan
mikroskopis ini adalah pemeriksaan QBC (Quantitative Buffy Coat). Pada
pemeriksaan QBC dilakukan pewarnaan fluorescensi dengan Acridine Orange yang
memberikan warna spesifik terhadap eritrosit yang terinfeksi oleh parasit
Plasmodium. Plasmodium akan mengikat zat warna Acridine Orange sehingga dapat
dibedakan dengan sel lain yang tidak terinfeksi. Kelemahan teknik ini adalah
tidak dapat membedakan spesies dan tidak dapat melakukan hitung jumlah parasit.
Selain itu juga reagensia yang digunakan relatif mahal dibandingkan pewarna
Giemsa yang sering kita gunakan sehari-hari untuk pewarnaan rutin sediaan
malaria.
2.
Pemeriksaan immunoserologis.
Pemeriksaan secara immunoserologis dapat
dilakukan dengan melakukan deteksi antigen maupun antibodi dari Plasmodium pada
darah penderita, antara lain :
a.
Deteksi antigen spesifik.
Teknik ini menggunakan prinsip pendeteksian
antibodi spesifik dari parasit Plasmodium yang ada dalam eritrosit. Beberapa
teknik yang dapat dipilih diantaranya adalah :
- Radio immunoassay
- Enzym immunoassay
- Immuno cromatography
Penemuan adanya antigen pada teknik ini
memberikan gambaran pada saat dilakukan pemeriksaan diyakini parasit masih ada
dalam tubuh penderita. Kelemahan dari teknik tersebut adalah tidak dapat
memberikan gambaran derajat parasitemia.
b.
Deteksi antibodi.
Teknik deteksi antibodi ini tidak dapat
memberikan gambaran bahwa infeksi sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang
terdeteksi merupakan bentukan reaksi immunologi dari infeksi di masa lalu.
Beberapa teknik deteksi antibodi ini antara lain :
- Indirect Immunofluoresense Test (IFAT)
- Latex Agglutination Test
- Avidin Biotin Peroxidase Complex Elisa
3.
Sidik DNA.
Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi
rangkaian DNA dari tersangka penderita. Apabila ditemukan rangkaian DNA yang
sama dengan rangkaian DNA parasit Plasmodium maka dapat dipastikan keberadaan
Plasmodium. Kelemahan teknik ini jelas pada pembiayaan yang mahal dan belum
semua laboratorium bisa melakukan pemeriksaan ini.
Penatalaksanaan dan Pencegahan Penyakit
Malaria
ü Terapi Umum
1.
Istirahat
tidak perlu istirahat mutlak
tidak perlu istirahat mutlak
2.
Diet
Makanan biasa
Makanan biasa
- Medikamentosa
- Obat pertama:
Klorokin basa : - Hari pertama 600 mg, disusul 300 mg setelah 6 jam.
- Hari kedua dan ketiga masing-masing 300 mg atau dosis disedsrhanakan menjadi 2 x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg.
Pada
plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama 14 hari hari diberikan
bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan pada Plasmodium falciparum
diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk mensterilkannya.
ü Obat Alternatif
o
Amodiakin
3 x 200 mg hari pertama, disusul 2 x 200 mg pada 2 hari berikutnya.
o
Sulfadoksin-pirimetamin
(Fansidar) dosis tunggal 2 – 3 tablet.
o
Kina
(Quinine sulfat) 3 x 650 mg oral selama 7 – 14 hari
o
Meflokoin
15 sampai 25 mg/kg BB, dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis setiap
12 jam.
o
Halonfantrin
dengan dosis 500 mg tiap 6 jam, total 1500 mg.
o
Qinghaosu,
kinghaosu, dan Pironaridin.
Beberapa antimikroba dapat
digunakan untuk malaria yaitu:
- Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7 – 10 hari
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari
- Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 – 10 hari
o Spiramisin 3 x 500 mg
- Rifampisin 1 x (450 – 600) mg
- Flouroquinolon
- Sulfanamid
Jenis pengobatan malaria
:
1.
Kemoprofilaksis
jarang dilakukan.
2. Pada keadaan akut
a.
Klorokin basa (lihat pada terapi umum di atas). Apabila terpaksa diberi obat
secara parentral, diberikan klorokin 200 mg IM/6 jam, maksimal 800 mg/hari. b. Kina
sulfas.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
3.
Terapi supresif
agar tidak timbul serangan malaria. jenis obat
yang digunakan :
a.
Klorokin untuk :
v Pendatang sementara ke daerah
endemis. Dosis klorokin: 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat, selama
berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
v Penduduk di daerah endemis dan
penduduk baru yang akanm menetap tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300
mg/minggu selama 6 tahun atau amodiakin 600 mg/2 minggu.
v Semua penderita demam di daerah
endemis diberi klorokin dosis tunggal 600 mg. Bila di daerah itu plasmodium
falsiparum sudah resisten terhadap klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3
tablet.
b.
Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis
tersebut.
c. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
d. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu setelah kembali.
e. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
c. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
d. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu setelah kembali.
e. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
4.
Terapi radikal
untuk menghilangkan seluruh parasit malaria
dalam tubuh, diberikan obat :
o Klorokin, seperti terapi akut
bersama dengan primakin 15 mg selama 14 hari.
o Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR)
plus primakin.
5.
Terapi kasus-kasus khusus
a.
Malaria
serebral, dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU). Obat diberikan parentral
adalah :
v Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam
kemudian. Dosis maksimal 800 mg/hari, hati-hati!
v Kina hidroklorida dalam NaCl
fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam, diulangi 12 jam kemudian. Dosis
maksimal 1800 mg/24 jam. kalau sudah sadar diteruskan dengan pemberian peroral
3 x 650 mg – 7 hari sejak hari pertama pemberian.
v Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg
BB dalam larutan seperti pada kina. Dilanjutkan peroral setelah sadar.
v Dekstran molekul rendah, 500 cc/24
jam
v Bila ada hipoglikemi, diberikan 50
ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan dekstrose 10%.
v Ada yang berhasil dengan
pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin
v Bila kejang-kejang diberikan :
fenobarbital 3,5 mg/kg BB: Diazepam 10 -20 mg/IV atau klorpromazin 50 – 100
mgIM
v Pentoksifilin 600 mg/hari
v Kinin + klindasimin
b.
Gagal
ginjal akut
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
c.
Malaria
biliosa
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
d.
Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
e.
Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada.
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada.
f.
Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
g.
Anemi
berat
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
h.
Black water fever
§ Harus istirahat
§ Menghentikan muntah dengan sedatif
atau transkuiliser (klorpromasin, diazepam)
§ Bila hipotensi, secepatnya diberi
cairan plasma atau darah
§ Transfusi bila Hb gr% atau RBC
juta/mm3.
§ Bila ureum 200 mg%, perlu
hemodialisis
§ Bila parasitemi tinggi diberikan
klorokin atau amodiakin. Bial resisten diberikan sulfadoksin + pirimetamin.
i.
Malaria pada ibu hamil
§ Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
§ Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR)
1 x 3 tablet
Pencegahan malaria
adalah hal yang patut dilakukan apalagi
pada daerah tropis atau sub-tropis karena rentan terhadap penyebaran malaria.
Kebanyakan orang yang tinggal di daerah malaria lazim telah memperoleh
kekebalan terhadap beberapa penyakit. Seseorang yang tidak
memiliki kekebalan, perlu mengambil obat sebagai pencegahan penyakit malaria.
Bahkan wanita hamil
terkadang di rekomendasikan harus mengkonsumsi obat pencegahan karena risiko ke
janin tertular infeksi bawaan. Pemberian obat anti-malaria masih dapat
menginfeksi seseorang, antara lain :
1.
Insecticide-treated nets (ITNs)
Dari semua metode mencegah gigitan nyamuk, tidur
dengan ITN kemungkinan adalah yang paling efektif karena nyamuk
menggigit malam hari saat wanita tersebut tertidur. ITNs menurunkan
kontak manusia dengan nyamuk dengan cara membunuh nyamuk bila hinggap atau
dengan mengusir nyamuk tersebut.
Meskipun kelambu bisa juga dapat memberikan proteksi
terhadap nyamuk, kelambu tersebut kurang efektif dibandingkan ITNs.
Perbandingan
kelambu biasa dengan ITNs.
Kelambu Biasa |
ITNs |
ü Memberikan sedikit proteksi terhadap malaria
ü Tidak membunuh atau mengusir nyamuk yang menyentuh
kelambu
ü Tidak mengurangi jumlah nyamuk
ü Tidak membunuh serangga lain seperti kutu, dan kecoa
ü Aman digunakan bagi wanita hamil, anak-anak, dan
bayi
|
ü Memberikan proteksi tinggi terhadap malaria
ü Membunuh atau mengusir nyamuk yang menyentuh kelambu
ü Mengurangi jumlah nyamuk di dalam dan luar kelambu
ü Membunuh serangga lain seperti kutu, dan kecoa
ü Aman digunakan bagi wanita hamil, anak-anak, dan
bayi
|
Intermitten Prefentive Treatment
Intermitten preventive treatment (IPT) malaria dalam kehamilan adalah berdasarkan asumsi bahwa setiap wanita hamil yang tinggal di daerah dengan transmisi malaria yang tinggi memiliki parasit malaria di dalam darah atau plasentanya, baik wanita tersebut memiliki atau tidak memiliki gejala malaria. Penelitian menunjukkan bahwa IPT adalah strategi yang efektif dan dapat diterapkan untuk menurunkan resiko anemia berat pada primigravida yang tinggal di area malaria. Bahkan wanita yang baru mendapat dosis satu kali oleh karena terlambat memeriksakan kehamilannya, secara signifikan mendapat manfaat dari intervensi ini.
Oleh karena itu WHO merekomendasi bahwa semua wanita hamil sebaiknya diberikan tiga dosis sulfadoksin-pirimetamin (SP) setelah gejala quickening (terasanya gerakan bayi pertama kali) dan paling sedikit 1 bulan berikutnya. Mencegah parasit menyerang plasenta membantu fetus untuk berkembang secara normal dan mencegah berat lahir rendah.
IPT
sebaiknya diberikan pada semua wanita hamil, baik yang memiliki gejala-gejala
malaria maupun tidak, namun terutama sangat penting bagi wanita yang memenuhi
kondisi seperti berikut:
-
Hamil yang pertama atau kedua
-
HIV positif
-
Usia antara 10-24 tahun
-
Memiliki anemia yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan
-
Tinggal di daerah dengan transmisi malaria rendah
-
Pindah dari daerah dengan transmisi malaria rendah
Cara-cara
Pencegahan Malaria
1. Menghindari/mengurangi gigitan
nyamuk
- Malam hari berada di dalam rumah
- Mengobati badan dengan obat anti nyamuk
- Memakai obat nyamuk bakar atau elektrik
- Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
2. Membersihkan
tempat-tempat istirahat nyamuk den memberantas sarang nyamuk
- Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi
saluran air
- Melipat kain (baju) yang bergelantungan
- Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada
tempat yang gelap dan lembab
- Mengalirkan air yang menggenang
- Menimbun dengan tanah/pasir semua genangan di
sekitar rumah
- Menjauhkan kandang ternak dari pemukiman penduduk
3. Membunuh nyamuk
dewasa dengan menggunakan racun serangga seperti obat nyamuk bakar, semprot,
elektrik dan indoor residual sparying (IRS) serta fogging.
4. Membunuh jentik-jentik
nyamuk dengan menyebarkan ikan pemakan jentik
- Ikan kepala timah
- Ikan mujair
Pencegahan penyakit malaria bagi orang yang bepergian
sangat dianjurkan untuk selalu aware
dengan pencegahan penyakit malaria.krna, tidak pernah tau kondisi obyektif
daerah yang dituju.
Ada baiknya menghubungi kantor kesehatan
ataupun pusat penanganan dan pencegahan malaria setempat. Mintalah informasi
tentang jenis-jenis malaria di wilayah geografis tersebut, obat-obatan
pencegahan, dan waktu musim untuk menghindari perjalanan wilayah endemik
malaria.
Pencegahan penyakit adalah bagian penting
dari pengelolaan penyakit malaria ini. Karena itu, temuilah dokter sebelum
bepergian maupun setelah kedatangan dari suatu tempat. Beberapa obat biasanya
akan direkomendasikan jika tempat tujuan adalah daerah endemik malaria.
Pencegahan penyakit malaria adalah langkah awal yang tepat untuk mengurangi
resiko terkena penyakit malaria.
MALARIA DAN KEHAMILAN
1. Efek Malaria Pada
Wanita Hamil
Banyak wanita hamil dengan parasit malaria dalam
darahnya tidak memiliki gejala-gejala malaria. Meskipun seorang wanita hamil
tidak merasa sakit, infeksi malaria tetap dapat mempengaruhi kesehatannya dan
bayinya. Malaria meningkatkan kejadian anemia pada ibu, yang bila berat akan
meningkatkan resiko kematian maternal. Malaria meyebabkan 2-15% anemia pada
wanita hamil. Di Afrika, anemia yang disebabkan malaria dapat menyebabkan
sebanyak 10.000 kematian maternal tiap tahunnya
.
Patogenesisnya sendiri hampir mirip preeklampsia,
dimana pada malaria didapatkan sekuestrasi dan resetting yang dapat menyebabkan
gangguan pada mikrovaskuler, sementara pada preeklampsia terjadi disfungsi
endotel sehingga akan menyebabkan terjadinya mikrotrombosis pada mikrovaskuler.
Keduanya akan menyebabkan hipoksia jaringan. Bedanya pada preeklampsia dengan
kerusakan endotel, tromboksan A2 akan meningkat sehingga rasionya akan lebih
besar dibandingkan prostasiklin, sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang akan
menyebabkan hipertensi. Sedangkan pada malaria, proses yang terjadi adalah
vasodilatasi sehingga yang muncul biasanya hipotensi.
Plasenta
merupakan tempat yang disukai untuk sekuestrasi dan perkembangan parasit
malaria. Ruang intervili terisi oleh parasit dan makrofag sehingga mengganggu
transport oksigen dan nutrisi ke janin. Hipertrofi vilus dan nekrosis fibroid
villi dapat dilihat. Jaringan plasenta akan mengandung pigmen malaria (dengan
atau tanpa parasit).
2. Efek Kehamilan Pada Infeksi Malaria
Frekuensi dan beratnya penyakit parasit umumnya meningkat selama kehamilan akibat imunosupresi ringan karena peningkatan kadar kortisol. Terdapat bukti supresi pembentukan antibody dan imunitas seluler pada kehamilan, yang mungkin juga dipengaruhi oleh anemia.
Wanita hamil memiliki resiko lebih tinggi terkena infeksi malaria bila mereka:
-
Primigravida atau kehamilan kedua
- Usia
remaja
-
Imigran/pengunjung dari area dengan transmisi malaria rendah.
-
Terinfeksi oleh HIV/AIDS
Episode malaria meningkat secara signifikan sebanyak
3-4 kali lipat selama kehamilan trimester kedua dan ketiga, serta 2 bulan post
partum. Kehamilan juga meningkatkan keparahan infeksi malaria falsiparum,
terutama padda nulipara non imun
3. Efek Malaria Pada Janin
Selama kehamilan, parasit malaria di dalam plasenta
dapat mengganggu transfer oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Infeksi
malaria pada ibu, akan meningkatkan resiko abortus spontan, stillbirth,
kelahiran preterm, dan berat lahir rendah. Sekitar 5-14% dari bayi dengan berat
lahir rendah dilahirkan oleh ibu dengan infeksi malaria, dan diperkirakan
sekitar 3-5% dari kematian bayi dapat ditelusuri dari infeksi malaria pada ibu.
Pada beberapa kasus, parasit
malaria dapat melewati plasenta dan masuk ke darah bayi serta menyebabkan
anemia pada bayi.
Resiko infeksi malaria pada janin adalah sebagai
berikut:
Demam
tinggi, insufisiensi plasenta, hipoglikemi, anemia, dan komplikasi lain
mengakibatkan mortalitas prenatal dan neonatal 15-17%, mortalitas yang
disebabkan P. falciparum 33%.
Abortus
spontan, lahir prematur, lahir mati, insufisiensi plasenta, PJT, BBLR, dan
gawat janin.
Malaria
kongenital: sangat jarang dan terjadi pada < 5% kehamilan dengan malaria, di
mana gejala klinis yang timbul pada bayi yang lahir: demam, iritabilitas,
problem minum, hepatosplenomegali, anemia, ikterik.
4. Efek Malaria Pada
Komunitas
Menyebabkan orang sakit sehingga tidak bisa bekerja dan berpenghasilan
Menyebabkan anak-anak sakit sehingga tidak bisa sekolah
Dapat
menyebabkan anemia kronik pada anak-anak, menghambat
pertumbuhan dan
perkembangan intelektual serta mengganggu produktivitas masa depan di komunitas
Menghamburkan sumber daya: biaya (pengobatan lebih mahal dari pencegahan),
obat-obatan, waktu
Menyebabkan kematian yang sebenarnya dapat dicegah, terutama pada
kalangan anak-anak dan wanita hamil
Hubungan yang erat antara malaria dan kemiskinan dapat
disimpulkan dari observasi yang menunjukkan di mana malaria "tumbuh
subur", di situlah kesejahteraan orang sangat rendah.
5.
Interaksi HIV/AIDS dan malaria dalam kehamilan
Studi menunjukkan
bahwa infeksi HIV/AIDS selama kehamilan:
Mengurangi
resistensi wanita terhadap malaria
Menyebabkan pengobatan malaria kurang efektif
Menyebabkan peningkatan resiko masalah yang berhubungan dengan malaria dalam
kehamilan
Meningkatkan resiko pertumbuhan janin yang terhambat yang kemudian menyebabkan
berat lahir rendah
Meningkatkan resiko persalinan preterm
Meningkatkan resiko anemia maternal
Nomor dosis
|
Jumlah tablet klorokuin (150 mg setiap tablet)
|
Saat pemberian klorokuin |
1
|
4
|
Kunjungan pertama setelah usia kehamilan 16 minggu
|
2
|
4
|
Hari kedua setelah dosis pertama
|
3
|
2
|
Hari ketiga setelah dosis pertama
|
Tiap minggu
|
2
|
Tiap minggu untuk sampai melahirkan
|
JHPIEGO, 2003
Cara lain mencegah malaria
Wanita hamil memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk
digigit nyamuk disbanding wanita tidak hamil kemungkinan oleh karena kulit
wanita hamil lebih hangat dibanding wanita tidak hamil.
-
Tutup pintu dan jendela dengan kawat nyamuk untuk mencegah nyamuk masuk ke
rumah
-
Menghindari keluarnya rumah malah hari. Bila akan keluar:
o
Gunakan pakaian yang menutupi seluruh lengan dan tungkai.
o Gunakan repelen nyamuk berupa krim
pada daerah kulit yang terekspos
o Gunakan obat nyamuk bakar
(terutama bila duduk di luar rumah) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir
nyamuk atau membunuhnya sewaktu terbang melewatinya.
-
Semprot kamar-kamar dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena
semprotan tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini hanya digunakan
sebagai kombinasi tindakan lain seperti pintu dan jendela yang berkawat nyamuk.
-
Secara langsung bunuh nyamuk dalam rumah dengan memukulnya.
DETEKSI DAN
PENATALAKSANAAN MALARIA DALAM KEHAMILAN
1.Mengenali malaria pada wanita hamil
Malaria dapat tanpa dengan
komplikasi. Meskipun malaria tanpa komplikasi dapat dengan mudah diobati,
malaria dengan komplikasi dapat mengancam jiwa, sehingga membutuhkan pengenalan
dan tatalaksana yang tepat. Tabel berikut merangkum tanda-tanda dan
gejala-gejala malaria tanpa dan dengan komplikasi. Bila dicurigai hal lain selain
malaria tanpa komplikasi, segera rujuk wanita tersebut.
Tanda-tanda dan
gejala-gejala malaria tanpa dan dengan komplikasi
Tipe Malaria
|
Gejala dan Tanda yang biasanya ada
|
Gejala dan Tanda yang Kadang Ada
|
Tanpa Komplikasi
|
-
Demam
-
Menggigil, kaku
-
Sakit kepala
-
Nyeri otot/sendi
-
Kehilangan nafsu makan
-
Mual dan muntah
-
Nyeri false labor/kontraksi uterus
|
-
Splenomegali
|
Dengan Komplikasi
|
-
Gejala-gejala dan tanda-tanda di atas plus
- -Pusing
- -Sesak/kesulitan bernafas
- -Mengantuk
- -Pucat pada konjugtiva, bibir dalam, lidah,dan
telapak tangan
- -Pernafasan yang cepat
- -Urin berwarna sangat gelap (seperti kopi/cola)
-
Kebingungan
-
Koma
|
-
Kejang
-
Ikterik hebat
-
Gejala dehidrasi hebat, terutama bila wanita tersebut telah berulang kali
muntah: penurunan berat badan tiba-tiba, mata cekung, kulit lemas, mulut
kering
-
Penurunan jumlah urin atau tidak ada urin sama sekali
-
Perdarahan spontan gusi, kulit, dan bekas tusukan pada vena
|
1.
Malaria adalah : Penyakit infeksi yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia, ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
2.
Parasit penyebab malaria (Plasmodium) :
Plasmodium falciparum (malaria tropika)
Plasmodium vivax (malaria tertiana)
Plasmodium malarie (malaria kuartana)
Plasmodium ovale (jarang, Indonesia Timur,
Afrika )
3.
Tanda dan gejala malaria ada 2 yaitu gejala malaria
ringan yang terdiri dari stsadium dingin, stadium demam dan stadium
berkeringat. Gejala malaria berat yang terdiri dari gangguan kesadarn,
kejang-kejang, panas sangat tinggi, tubuh atau mata kuning dan tanda dehidrasi
dan sesak napas.
4.
Patofisiologi malaria yaitu penghancuran
eritrosit, Mediator endotoksin-makrofag, dan Sekuestrasi eritrosit yang
terinfeksi
5.
Pemeriksaan Penunjang Penyakit Malaria
antara lain pemeriksaan laboratorium, khusus dan penunjang malaria berat
6.
Penatalaksanaan dan Pencegahan Penyakit
Malaria:
a. Terapi
umum terdiri dari istirahat,diet, dan medikamentosa.