August 21, 2012

HERBARIUM

Dalam mempelajari biologi kita akan menemukan masalah dan akan berusaha memecahkan permasalahan itu. Misalnya, tidak semua objek penelitian dengan mudah ditemukan disekitar kita karena objek tersebut langka atau habitat jauh (dipantai atau di gunung) sehingga kita membutuhkan suatu koleksi awetan. Koleksi tersebut dappat membantu kita dalam mempelajari biologi. 
Contoh koleksi objek biologi adalah insektarium, herbarium, dan taksiderium. Dalam hal ini kita akan lebih khusus membahas mengenai herbarium. 2Beberapa yang harus diperhatikan dalam membuat koleksi awetan adalah sebagai berikut :
  1. Kelengkapan organ tubuh objek,
  2. Cara pengawetan dan penyimpanan objek
  3. Kelestarian objek dengan membatasi pengambilan objek.
Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von Linné (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium.
Herbarium digunakan ilmuwan untuk memahami dunia tumbuhan. Herbarium pertama kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling sederhana untuk membuat herbarium adalah dengan mengeringkan organ tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, alu disimpan. Namun, jika ingin hasilnya lebih bagus dan awet, maka kita perlu melakukan pengawetan. Larutan pengawetan untuk membuat herbarium basah dan kering berbeda. Untuk membuat herbarium kering kita dapat menggunakan bahan pengawet tunggal ataupun pengawet campuran. Objek tumbuhan yang hendak dibuat herbarium dicelupkan atau direndam beberapa menit dalam larutan pengawet tersebut lalu dikeringkan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan. Pengeringan objek tumbuhan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60-70o C. Pengeringan dengan menggunakan oven untuk organ daun akan kurang baik hasilnya karena daun akan menjadi lebih mudah rusak.
Pengawetan terhadap hewan atau tumbuhan dapat dilakukan degan cara basah atau kering. Cara dan bahan pengawet yang digunakan bervariasi, bergantung pasa isfat objeknya. Untuk organ tumbuhn yang berdaging, seperti buah, biasanya dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan basah. Organ tumbuhan, sperti daun, batang, dan akar, dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan kering.
Kebanyakan spesimen herbarium tersebut terdiri atas tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta) seperti rotan, anggrek, pohon, rumput dan paku.
Tabel 1. Larutan pengawet untuk membuat herbarium basah dan kering
Pengawet untuk membuat herbarium Basah
Pengawet untuk membuat herbarium kering
 1 liter akuades (air suling )
Pengawet tunggal
15 ml formalin 4%
Larutan formalin 4%
1ml asam cuka 40%
Pengawet campuran
15 ml terusi ( tembaga sulfat )
Formalin 4% dalam alcohol 70 %

 Herbarium adalah pengoleksian tumbuhan kering yang diawetkan.  Awetan specimen tumbuhan dikenal sebagai herbarium. Herbarium adalah specimen yang digunakan untuk studi taksonomi, berupa tumbuhan segar yang masih hidup tapi biasanya berup bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan dengan metode tertentu.

Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas :
1.      Herbarium basah
Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda. Disamping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, utnuk sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. Adapun pengawet yang digunakan adalah formalin.

2.      Herbarium Kering
Yang herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan. Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam herbarium-herbarium di dunia ini dip roses melalui pengeringan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan, pengeringan tidak dapat berlangsung cepat sehingg bahan yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur.
Herbarium dapat dibuat dengan tahap-tahap berikut :
1.      Pembuatan herbarium kering
  • Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat dalam pengambilan tanaman yaitu, tanaman harus lengkap.
  • Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu diangin-anginkan.
  • Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman.
  • Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat. Diatur sedemikian rupa pada lembaran kertas yang dapat menghisap air seperti kertas koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x 41 cm (11 ½ x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan tersebut dan mengeringkannya dengan penjemuran.
  • Cara 2 : mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas koran hingga rata. Dilapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang sehingga tanaman terpress dengan kuat. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman betul-betul kering.
  • Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
  • Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika bunganya mudah gugur maka masukkan bunganya dalam amplop dan selipkan pada herbarium. Daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang, bisa dilipat.
  • Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan menggunakan jahitan tali atau selotip. Usahakan penampakan atas dan bawah dapat diperlihatkan.
  • Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.
  • Menempelkan etiket.

2.      Pembuatan herbarium basah
  • Siapkan spesimen yang akan diawetkan.
  • Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
  • Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
  • Tutup rapat botol dan kemudian beri label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.