August 21, 2012

Phyllanthus niruri ( Meniran )


  Klasifikasi
Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas            : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas     : Rosidae
Ordo             : Euphorbiales
Famili           : Euphorbiaceae
Genus           : Phyllanthus
Spesies         : Phyllanthus niruri L.

  Morfologi
Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, dan tingginya antara 30cm-50cm.
1.      Batang
Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) ini memiliki batang yang berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50cm, berwarna hijau, diameternya ± 3 mm.
2.      Daun
Tanaman ini memiliki daun majemuk, tata letak daunnya berseling                ( Deccussate ), bentuk daun bulat telur (ovale), ujung daunnya tumpul, pangkalnya membulat, memiliki tepi daun yang rata ( Entire ), memiliki anak daun 15-24, memiliki panjang ± 1,5 cm, lebar ± 7 mm, dan berwarna hijau. Daun meniran ini termasuk pada tipe daun yang tidak lengkap yaitu pada bagian daun bertangkai karena tanaman ini hanya memiliki tangkai dan beberapa heliaan daun.
3.      Bunga
Tanaman ini memiliki bunga tunggal yang terdapat pada ketiak daun menghadap ke arah bawah, menggantung dan berwarna putih. Memiliki daun kelopak yang berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil dan berwarna putih.
4.      Buah
Tanaman ini memiliki buah yang berbentuk kotak, bulat pipih dan licin, diameter  ± 2mm dan berwarna hijau.
5.      Biji
Tanaman ini memiliki biji yang kecil, keras dan berbentuk ginjal serta berwarna coklat.
6.      Akar
Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih.

HERBARIUM

Dalam mempelajari biologi kita akan menemukan masalah dan akan berusaha memecahkan permasalahan itu. Misalnya, tidak semua objek penelitian dengan mudah ditemukan disekitar kita karena objek tersebut langka atau habitat jauh (dipantai atau di gunung) sehingga kita membutuhkan suatu koleksi awetan. Koleksi tersebut dappat membantu kita dalam mempelajari biologi. 
Contoh koleksi objek biologi adalah insektarium, herbarium, dan taksiderium. Dalam hal ini kita akan lebih khusus membahas mengenai herbarium. 2Beberapa yang harus diperhatikan dalam membuat koleksi awetan adalah sebagai berikut :
  1. Kelengkapan organ tubuh objek,
  2. Cara pengawetan dan penyimpanan objek
  3. Kelestarian objek dengan membatasi pengambilan objek.
Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa. Karl von Linné (1707-1778) adalah orang berjasa mengembangkan teknik herbarium.
Herbarium digunakan ilmuwan untuk memahami dunia tumbuhan. Herbarium pertama kali ditemukan pada tahun 1600-an di Eropa. Cara paling sederhana untuk membuat herbarium adalah dengan mengeringkan organ tumbuhan yang selanjutnya ditata, diberi label, alu disimpan. Namun, jika ingin hasilnya lebih bagus dan awet, maka kita perlu melakukan pengawetan. Larutan pengawetan untuk membuat herbarium basah dan kering berbeda. Untuk membuat herbarium kering kita dapat menggunakan bahan pengawet tunggal ataupun pengawet campuran. Objek tumbuhan yang hendak dibuat herbarium dicelupkan atau direndam beberapa menit dalam larutan pengawet tersebut lalu dikeringkan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan. Pengeringan objek tumbuhan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60-70o C. Pengeringan dengan menggunakan oven untuk organ daun akan kurang baik hasilnya karena daun akan menjadi lebih mudah rusak.
Pengawetan terhadap hewan atau tumbuhan dapat dilakukan degan cara basah atau kering. Cara dan bahan pengawet yang digunakan bervariasi, bergantung pasa isfat objeknya. Untuk organ tumbuhn yang berdaging, seperti buah, biasanya dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan basah. Organ tumbuhan, sperti daun, batang, dan akar, dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan kering.

August 20, 2012

DENGUE

Pendahuluan
Dengue merupakan penyakit virus asal arthropoda yang paling penting di daerah tropis dan subtropis di dunia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Amerika, Asia dan Afrika.1.2.3   Infeksi  Dengue merupakan masalah kesehatan internasional, badan kesehatan dunia The World Health Organization (WHO)  memperkirakan  sekitar 2,5 miliar penduduk dunia berisiko terinfeksi dengan kejadian infeksi 50 sampai 100 juta kasus setiap tahunnya.2,4
Dengue ditemukan di daerah tropis dan subtropis terutama diperkotaan dan pinggiran kota. Demam Berdarah Dengue, berpotensi terjadi komplikasi yang mematikan, dikenal pertama kali pada tahun 1950 pada kejadian epidemik di Thailand dan Philipina. Dewasa ini Demam Berdarah Dengue merupakan penyebab utama kasus perawatan rumah sakit dan kematian khususnya pada anak-anak. Proses penyembuhan dari infeksi oleh salah satu tipe virus akan menimbulkan kekebalan seumur hidup, akan tetapi tidak bersifat protektif terhadap ketiga tipe virus lainnya. Telah terdapat  banyak bukti yang menyatakan bahwa infeksi kedua (secondary infection) virus akan menyebabkan infeksi lebih berkembang ke arah Demam Berdarah Dengue (DBD). Insiden  Dengue di dunia sebanyak 2,5 miliar, sebanyak dua perlima penduduk dunia berada dalam risiko terinfeksi Dengue. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan 50 juta infeksi Dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Ditahun 2007 sendiri dilaporkan 890.000 kasus infeksi Dengue di Amerika, dimana 26.000 adalah infeksi Demam Berdarah Dengue.1
Meskipun banyak  infeksi Dengue bersifat asimtomatik, beberapa menimbulkan bermacam-macam gejala klinis mulai dari demam ringan yang tidak spesifik, Dengue fever (DF), Dengue haemorraghic fever (DHF) sampai yang mengarah kepada penyakit yang berat Dengue shock syndrome (DSS).  Demam Dengue  (DF) ditandai dengan demam, kemerahan kulit, sakit kepala, nyeri tulang  dan lesu akan tetapi gejala dapat berkembang ke arah yang lebih berat yaitu (DHF/DSS). DHF ditandai dengan kelainan vaskuler yaitu kebocoran kapiler dan gangguan hematologis dengan penurunan jumlah trombosit (thrombocytopenia), peningkatan jumlah sitokin, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan perdarahan spontan sedangkan DSS berkembang ke arah syok hipovolemik.4,5,7 Pada kasus  DHF/DSS meningkat seiring  dengan  peningkatan jumlah virus, hampir 35-37% kasus infeksi Dengue memerlukan perawatan rumah sakit.4 Telah diketahui lebih dari 100 negara, virus Dengue merupakan faktor penyebab penyakit dan mengancam hampir 40% (2,5 miliar) seluruh penduduk dunia.6
Saat ini belum ada obat yang sesuai untuk penanganan demam berdarah Dengue selain terapi suportif. 4,5,7 Demam Dengue yang tidak dirawat dan mengalami komplikasi dapat mencapai angka kematian 50%. Berdasarkan data WHO, DSS/DHF adalah merupakan penyebab utama kematian anak-anak dibeberapa Negara Asia.4